Sebuah lagu dari penyanyi favorit dia dulu tengah melantun
dari sebuah saluran radio yang saya dengarkan. Entah kenapa saya tidak bisa
lepas dari kegiatan mendengarkan radio ini, kapanpun dan dimanapun. Lagu ini
mengantarkan saya pada kejadian tadi siang. saya sedang mengambil sebuah pekerjaan untuk
sekedar bantu bantu teman saya. Saat jam makan siang tiba, kami berjalan ke arah
kantin kantor dan sekembalinya, mungkin karena dalam pikiran saya dia masih
begitu lekat, entah kenapa saya seperti melihat sosoknya saat itu berada di
kejauhan. Saya tengok sekali lagi, memang itu bukan dia. Kemudian saya
berpaling ke arah lain untuk meyakinkan bahwa sosok itu bukanlah dia. Meski secara
kasat mata tinggi pria itu mungkin hampir menyamai tinggi seseorang yang dulu
sempat mengisi hari hari saya, orang itu benar-benar bukan dia. Hanya saja hati
kecil saya mungkin berharap orang itu adalah dia.
Entah salah atau tidak, pria itu juga sepertinya menoleh ke arah
saya pada saat yang sama. Bukan karena apa-apa, mungkin dia hanya terkejut
melihat ada seseorang yang dengan aneh menatapnya secara berulang-ulang. Saya seperti
berharap bayangan itu ada di sekitar saya, hanya sekedar untuk saya lihat
bagaimana kabar dan wujudnya kini. Namun sepertinya saat saya menghapus semua
kontak yang berhubungan dengan dirinya, dia pun melakukan hal yang sama
kemudian memilih menjauh tanpa menjalin hubungan baik.
Memang tidak mudah, apalagi dalam hal mengikhlaskan. Saya harus
benar-benar dengan rela menerima bahwa semua ini memang kenyataan yang harus
saya hadapi. Meski seringkali pemikiran masa lalu itu muncul, saya
membiarkannya untuk lekat sementara dalam ingatan saya, hanya untuk dikenang
bukan lagi untuk ditangisi.
0 comments:
Post a Comment